Telah
kita lihat dan cermati bahwa dewasa ini sehat jasmani dan rohani merupakan
sesuatu yang mahal harganya, bukan hanya sehat jasmani saja yang kita perlukan,
akan tetapi rohani juga. Keduanya harus memiliki nilai keseimbangan. Ibarat
seorang santri yang terisi penuh dengan dzikrullah setiap hari secara
istiqamah, namun tidak ia aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk tanggap
terhadap kondisi sekitarnya maka ia tidak dikatakan sehat rohaninya. Maka sebagai
konselor harus berhati-hati, anda belum dikatakan sehat jasmani dan rohani anda
jika kurang tanggap terhadap lingkungan sekitar, walaupun itu merupakan suatu
hal terkecilpun ataupun sepele.
Maka
demi tercapainya manusia yang sehat jasmani dan rohani, sehingga bisa membentuk
masyarakat yang sehat mentalnya. bimbingan dan konseling islam merupakan salah
satu cara dalam usaha pencegahan gangguan perkembangan kepribadian
Dalam
bab ini akan kita bahas bersama tentang pengertian bimbingan dan konseling,
sebelum terbentuknya istilah pengertian bimbingan dan konseling islam.[1]
1. Pengertian
Bimbingan
Kata
bimbingan secara etimologis merupakan terjemahan dari kata“Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang
berarti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu. [2]
Pengertian
Bimbingan menurut Arthur J. Jones, Bufford Stefflre and NormanR. Stewart, alam
bukunya yang berjudul “Principles of Guidance “.
“Guidane is the assistance given to
individuals in making intelegent choises and adjusments. It is based on the
democratic principle that it is the duty and the right of every individual to
choose his own way in life insofar as his choice does not interfere with the
rights for others. The ability to make such choiches is not innate but, like
other abilities, must be developed. (Arthur J. Jones, Bufford Stefflre and
Norman R. Steawert, 1970).
Bimbingan
merupakan pemberian bantun oleh seseorang kepada orang lain dalam menentukan
pilihan, penyesuaian dan pemecahan permasalahan. Bimbingan bertujuan membatu seseorang
agar bertambah kemampuan bertanggung jawab atas dirinya.
Pengertian
bimbingan menurut Lester D. Crow and Alice Crow, dalam bukunya “An Introduction
to Guidance”, mengatakan :
“Guidance is assistance made
available by personally and qualified and adequately trainde man or woman to an
individual of any age to help him manage his own lifes activities, developed
his own points of view, make his own decisions, and carry his burdens”. (Lester
D. Crow and Alice Crow, 1960).
Pengertian
dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang
dapat diberikan oleh pribadi ynag terdidik dan wanita atau pria yang terlatih,
kepada setiap individu yang usianya tidak ditentukan untuk dapat menjalani
kegiatan hidup, mengembangkan sudut pandangnya, mengambil keputusannya sendiri.
Berdasarkan
kedua rumusan mengenai pengertian bimbingan diatas, pada prinsipnya tidak ada
perbedaan, yang membedakan hanya Lester D. Crow dan Alice Crow, mempersyaratkan
perlunya perlunya latihan bagi orang yang mau memberikan bimbingan. Karena
setiap bantuan yang diberikan bukan berarti suatu bimbingan, namun suatu
bimbingan sudah pasti terdapat bantuan di dalamnya.Orang yang memperoleh
bantuan bukan berati kita melayaninya dengan membiarkannya tanpa berpikir dalam
memecahkan problem yang sedang di hadapinya, tetapi kita hanya memberikan bantuan, untuk mengerti, memahami
dan mengenali atau menghayati potensi-potensinya (bakat, minat dan kemampuan)
sendiri, menilai kekuatau dan kemampuan
diri sendiri serta kelemahannya sendiri, menemukan serta mengadakan
penilaian terhadap segala tindakan yang telah ia ambil.[3]
Bimbingan
secara terminologis mempunyai beberapa pengertian seperti diatas, bukanlah
maksudnya menghafal berbagai pengertian tentang bimbingan akan tetapi dengan
mengetahui berbagai pengertian mengenai bimbingan, kita dapat memberikan arti
yang lebih jelas mengenai bimbingan itu sendiri.
Jadi,
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang
yang ahli kepada seseorang (konseli) atau beberapa orang individu, baik
anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar mampu memerkembangkan potensi (bakat,
minat dan kemampuan) yang dimiliki, yang dilakukan secara berkesinambungan,
sistematis, terencana, terarah pada tujuan tertentu yaitu agar individu (konseli)
dapat mencapai kemandirian dan pemahaman terhadap dirinya sendiri sehingga
mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri serta dapat menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan dimana ia berada.[4]
2. Pengertian
Konseling
Secara
etimologis, konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti
“dengan” atau “bersama” yang dirankai dengan “menerima” atau “memahami”.
Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan”
yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”.[5]
Adapun pengertian lain, konseling secara etimologis
yaitu yaitu berasal dari bahasa Inggris “to counsel” yang secara etimologis
berarti “to give advice” atau memberi
saran dan nasihat.
Sedangkan
pengertian konseling secara terminologis ialah suatu proses peberian bantuan
(nasihat atau saran-saran) yang berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian
pertemuan langsung (tatap muka) secara berkesinambungan agar konseli mampu
memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu mengatasi masalah
dan mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, agar dapat
memperoleh kebahagiaan, kenyamanan dan kesejahteraan diri sendirimaupun
masyarakat. [6]
Konseling
sebenarnya merupakan salah satu layanan dalam bimbingan, yang istimewa karena
sifatnya yang lentur atau fleksibel dan komperhensif.
Menurut Leon E.Tylor, ada lima
karakteristikyang sekaligus merupakan prinsip-prinsip konseling. Kelima
karakteristik tersebut adalah :
1. Proses berpikir dan pemecahan
masalah di temukan dan dilakukan oleh konseli sendiri, jadi konseling tidak
sama dengan pemberian nasihat, sebab di dalam pemberian nasihat proses berpikir
ada adan diberikan oleh penasehat.
2. Konseling mengusahakan
perubahan-perubahan yang bersifat fundamental yang berkenaan dengan pola-pola
hidup.
3. Konseling menyangkut sikap
daripada perbuatan atau tindakan.
3. Konseling lebih berkenaan dengan
penghayatan emosional daripada pemecahan intelektual.
Maka
hubungan Bimbingan dan Konseling disini sudah terlihat jelas, konseling merupakan salah satu dari pelayanan
bimbingan disamping pelayanan-pelayaan yang lain, yang berarti dalam pelayanan
bimbingan akan tercakup pula didalamnya proses konseling, seuatu bimbingan
tidak akan terjadi tanpa tatap muka antara konselor–klien yang didalamnya
membicarakan bersama masalah yang dihadapi konseli.[8]
Maka
Bimbingan dan konseling ialah proses pemberian bantuan yang dilkukan oleh
seorang yang ahli, secara berkesinambungan yang diberikan kepada individu baik
perseorangan maupun kelompok, anak-anak, remaja, dewasa, manula yang dilakukan
oleh dan atas kemauan serta kemampuan koneli sendiri, yang sedang atau belum
mengalami masalah seehingga teratasi masalah tesebut melalui kemampuan konseli
sendiri.
Bimbingan dan
konseling Islam pada dasarnya sama saja dengan Bimbingan dan Konseling, hanya saja
dalam BKI dalam penerapannya dimasuki nilai-nilai Islam. Bimbingan dan
Konseling Islam merupakan proses pemberian bantuan kepada individu terhadap
eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah sehingga
dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
PERLUNYA BIMBINGAN KONSELING ISLAM
Syahrir dan Riska Ahmad, menyebutkan bahwa pelayanan
bimbingan dan Konseling berdasarkan faktor dibutuhkannya, sangat erat kaitannya
dengan masalah-masalah dibawah ini:
1. Latar belakang Sosio Kultural
Sebagaimana telah
diketahui bahwa keadaan masyarakat senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi
dalam berbagai aspek kehidupan itu merupakan tantangan yang menuntut adanya
penyesuaian diri. Hal semacam ini akan
menimbulkan perkembangan dan perubahan diberbagai lapangan kerja, masalah
sosial, persaingan sumber daya manusia, pengangguran dan lain-lain. Kondisi
seperti ini pada gilirannya akan mempengaruhi kehidupan masyarakat baik secara
pribadi ataupun kelompok juga kehidupan keagamaannya. Lingkungan sosial-budaya
yang melatar belakangi dan melingkupi individu berbeda-beda, sehingga
menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan prilaku dan kepribadian
individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan sosial-budaya ini tidak
“dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul komplik internal maupun
eksternal. Untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut maka diperlukanlah
yang namanya bimbingan dan konseling.[9]
2. Latar Belakang Psikologis
Bimbingan dan konseling sangat perlu sekali karena pada dasarnya Bimbingan
dan Konseling dapat memberikan penjelasan kepada kita bahwa individu
merupakan pribadi yang unik, dan setiap individu pasti tidak sama dan pasti
memiliki perbedaan, serta dapat memberikan pemahaman tentang tingkah laku
individu yang seiring perkembangannya selalu berubah naik turun sesuai dengan
tugas perkembangannya. Serta dapat memberikian pemahaman tentang
masalah-masalah psikologis seperti perilaku menyimpang (deliqiuency), bersifat
kekanak-kanakan (infantile), dan maladjustment.
Dilingkungan pendidikan yang menjadi layanan bimbingan konseling adalah
peserta didik. Peserta didik merupakan pribadi-pribadi yang sedang dalam proses
berkembang kearah kematangan.
Masing-masing peserta didik memiliki karakteristik pribadi yang unik. Dalam
artiter dapat perbedaan individual
diantara mereka, seperti menyangkut aspek kecerdasan, emosi, sosiabilitas, sikap, kebiasaan, dan
kemampuan penyesuaian diri.
Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses
perkembangan, memiliki ke butuhan dan dinamika dalam interaksi dengan
lingkungannya. Disampingitu, peserta didik, senantiasa mengalami berbagai
perubahan dalam sikap dan tingkahlakunya. Proses perkembangan tidak selalu
berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang
dijunjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif . perkembangan yang optimal
secara akademis bertujuan agar setiap peserta didik mencaapai penyesuaian
akademis secara memadai dan mencapai prestasi belajar secara optimal.
Perkembangan secarara psikologis mengandung arti bahwa pelayanan bimbingan
dankonseling bertujuan agara setiap siswa dapat mencapai perkembangan yang
ditandai dengan kematangan dan kesehatan mental/pribadi.
Sedangkan perkembangan optimal dari segi sosial berarti bahwa pelayanan
bimbingan dan konseling bertujuan agar setiap peserta didik dapat mencapai
penyesuaian diri dan memiliki keterampilan sosial yang memadai.[10] dalam
proses pendidikan,peserta didik pun tidak jarang mengalami masalah perkembangan
sehingga menimbulkan masalah-masalah psikologis, seperti terwujud dalam
perilaku menyimpang dan bersifat kekanak-kanakan. Agar perkembangan pribadi
peserta didik itu dapat berlangsung secara baik dan terhidar dari minculnya
masalah– masalah psikologi maka mereka
perlu diberikan bantuan yang sifatnya pribadi. Bantuan yang dapat menfasilitasi
perkembangan peserta didik melalui pendekatan psikologis adalah layanan bimbingan
dan konseling. Bagi konselor memahami aspek-aspek psikilogis pribadi klien
merupakan tuntutan yang mutlak, karena pada dasarnya laanan dan bimbingan
konseling merupakan upaua untuk menfasilitasi perkembangan aspek-aspek
psikologis , pribadi atau perilaku klien ,sehingga mereka memiliki pencerahan
diri dan mampu memperoleh kehidupan yang bermakna (kehidupan yang maslahat dan
sejahtera), baik bagi dirinya sendiri Maupun bagi orang lain.
3. Kebutuhan Individu
Disini dijelaskan bahwa
kebutuhan dasar individu ada dua macam, yaitu kebutuhan biologis, dan
psikologis. Kedua kebutuhan tersebut merupakan pendorong timbulnya tingkah laku
artinya individu bertingkah laku karena di dorong oleh adanya keinginan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Namun pada kenyataannya individu dalam memenuhi
kebutuhannya ada yang berhasil ada yang gagal. Kegagalan individu inilah yang
membutuhkan layanan bimbingan konseling.[11]Dalam bimbingan dan konseling ini
diharapkan individu dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia
dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan
kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitarnya.[12]
4. Penyesuaian dan Kelainan Tingkah Laku
Sebagaimana telah
dijelaskan dibagian sebelumnya bagwa setiap individu selalu berusaha memenuhi
kebutuhan menurut kemampuannya. Dalam upaya pemenuhan tersebut ada yang
bertindak secara wajar dalam pengertian mampu menyesuaikan dengan dirinya
(bakat, minat dan kemampuan kelemahannya) dan lingkungannya (keluarga, sekolah,
dan masyarakat). Proses seperti ini disebut penyesuaian yang baik (well
adjusment) dan sebaiknya disebut salah suai (mell adjusment).
Keadaan yang mell adjusment ini akan membawa akibat timbulnya perasaan
ragu-ragu, cemas, putus asa, frustasi, agresifitas, alkoholisme dst. Dalam
rangka menolong mereka yang mell adjusment ini diperlukan jasa bimbingan
dan konseling.[13]
FUNGSI
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
Secara tradisional fungsi bimbingan
dan konseling islam adalah sebagai berikut:
1.
Fungsi
Remedial Atau Rehabiliti
Peranan remedial atau rehabiliti ini
berfokus pada aspek penyesuaian diri, penyembuhan masalah psikologis dan
mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional, dengan kata
lain fungsi remidial adalah fungsi pengebalian atau fungsi penanganan.
2.
Fungsi
Edukatif dan Pengembangan
Membantu meningkatkan keterampilan
yang dimiliki oleh individu dalam kehidupan sebagai upaya pendidikan,
mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah hidup serta memutuskan arah
hidup sebagai pengembangan dalam diri individu.
3.
Fungsi
Preventif
Merupakan tindakan pencegahan yang
diberikan oleh konselor kepada seseorang/klien agar terhindar dari segala
sesuatu yang tidak perlu terjadi dalam kehidupannya. Upaya ini dapat berupa
pemberian pengembangan-pengembangan potensi yang terdapat dalam diri individu
dan mengadakan program-program yang bermanfaat bagi seorang individu agar dapat
menjalani hidup dengan tenang sehingga terhindar dari masalah-masalah
kehidupan.
Tidak kalah pentingnya yaitu
memberikan bimbingan kepada individu agar senantiasa kembali kepada Al-Quran
dan As-Sunnah dalam mensikapi segala hal yang terjadi dalam kehidupannya
terlebih ketika individu tersebut mendapatkan musibah dalam hidupnya.
Sebagaimana QS.Al-Baqarah:155-157.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥)
الَّذِينَ
إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ (١٥٦)أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ
وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
(١٥٧)
Artinya: 155. Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 156. (yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa
ilaihi raaji'uun". 157. mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang
sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk.
Setelah seorang individu dapat
mensikapi segala cobaan dalam hidupnya dengan cara yang baik dan benar, maka
selanjutnya barulah individu diberikan pengembangan materi konseling yang
berisikan nilai-nilai wahyu dan metode filosofis serta materi-materi yang
bermanfaat bagi kelangsungan hidupnya, dengan harapan individu nantinya akan
terbiasa dengan masalah yang ada dalam hidupnya dan dapat menanggapinya dengan
arif dan bijaksana.[14]
A.
Prinsip Perkembangan
Para ahli psikologi pada umumnya menunjuk pada pengertian
perkembangan sebagai proses perubahan yang bersifat progresif dan menyebabkan
tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru, perubahan seperti itu
tidak terlepas dari perubahan yang terjadi pada struktur biologis, meskipun
tidak semua perubahan kemampuan dan sifat psikis dipengaruhi oleh perubahan
struktur biologis.[15]
1. Perkembangan
merupakan proses yang tidak pernah berhenti (Never Ending Process).
Manusia secara terus menerus mengalami perkembangan dan perubahan
yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar selama hidupnya, perkembangan
akan terus menerus berlangsung sejak masa konsepsi sampai masa kematangan
nanti.
2.
Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi
Setiap aspek
perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi maupun social, satu sama
lainnya saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif
diantara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya
mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan
dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan
mengalami kelabilan emosional.
Orang tua sangat berpengaruh untuk membentuk sikap, watak, pola
piker, serta pola prilaku anak akan tercermin dalam kepribadian anak
sehari-hari. Dari pengalaman dan interaksi keluarganya akan menentukan pla
cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan social di luar
keluarganya, di dalam masyarakat luas yang ada di sekitarnya. Apabila interaksi
social dalam kelompok-kelompoknya kurang lancar, kemungkinan besar bahwa
interaksi sosialnya pada masyarakat pada umumnya juga berlangsung tidak wajar[16].
3. Perkembangan
itu mengikuti pola atau arah tertentu
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah
tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap
sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya,
untuk dapat berjalan, seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan
berjalan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya, yaitu berlari atau
meloncat.
Yelon dan weinsten mengemukakan sebagai berikut:
a.
Perkembang itu berlangsung dari egosentrisme ke perspektivme. Hal
ini menunjukkan bahwa pada mulanya seorang anak hanya melihat atau
memperhatikan dirinya sebagai pusat, dia melihat bahwa lingkungan itu harus
memenuhi kebutuhuhan dirinya. Melalui pengalaman serta pergaulan dengan orang
lain, lambat laun sikap egosentris itu berubah menjadi perspektivis (anak sudah
memiliki sifat simpati atau memperhatikan kepentingan orang).
b.
Perkembangan itu berlangsung dari “outer control to inner
control”. Maksudnya, pada awalnya anak sangat bergantung pada orang lain
(terutama orangtuanya), baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis
(perlindungan, kasih sayang atau norma-norma) sehingga dia menjalani hidupnya
masih didominasi oleh pengontrolan atau pengawasan dari luar (out control).
Seiring bertambahnya pengalaman atau belajar dari pergaulan sosial tentang
norma atau nilai baik di lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya atau
masyarakat. Anak dapat mengembangkan kemampuan untuk mengontrol dirinya (inner
control). Contohnya ketika dia dapat mengambil keputusan atau memecahkan
masalah berdasarkan pertimbangan sendiri dan bertanggung jawab terhadapat
risiko yang mungkin terjadi.
4. Menurut para
ahli psikologi, setiap anak mengalami dua masa pancaroba atau krisis, yang
lazim disebut trotz. Masa trotz ini terjadi dalam dua periode, yakni[17] :
a.
Periode pertama, terjadi pada usia 2 sampai 3 tahun, dengan ciri
utama anak menjadi egois, selalu bersikap dan bertingkah laku mendahulukan
kepentingan sendiri.
b.
Periode kedua, terjadi pada umur antara 14 – 17 tahun, dengan ciri
utama sering membantah orang tuanya sendiri dalam mencapai identitas diri.
Namun umur ini bukanlah harga mati yang artinya, rentang usia remaja yang
mengalami krisis kedua ini di sebuah negara mungkin berbeda dengan remaja di
negara lainnya. Usia keras kepala ini
timbul pada saat-saat tertentu dengan tidak ada sebab-sebab dari luar. Untuk
beberapa bulan kemudian, gejala-gejala tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Ini disebut juga dengan masa peralihan dalam proses perkembangan.
5. Setiap anak seperti juga organisme lainnya.
Memiliki dorongan dan hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang
negatif seperti : rasa sakit, rasa tidak aman, kematian dan sebagainya. Untuk
itu mereka memerlukan sandang, pangan, papan dan pendidikan. Selain dorongan
mempertahankan diri itu, ada pula dorongan untuk mengembangkan diri[18].
A.
Fase-Fase Perkembangan
a.
Tahap Perkembangan Berdasarkan Analisis Biologis
1)
Aristoteles menggambarkan perkembangan individu sebagai berikut:
-
Tahap satu : dari 0,0 sampai 7,0 tahun (masa anak kecil atau
bermain).
-
Tahap dua : dari 7,0 sampai 14,0 tahun (masa anak, masa sekolah
rendah).
-
Tahap tiga : dari 14,0 sampai 21,0 tahun (masa remaja, masa
peralihan dari usia anak menjadi orang dewasa).
Penahapan diatas berdasarkan pad gejala dalam perkembangan fisik
(jasmani).
2)
Kretscmer mengemukakan bahwa dari lahir sampai dewasa individu
mengalami empat tahapan, yaitu:
Tahap 1 : dari 0,0 sampai kira kira
3,0. Pada fase ini anak kelihatan pendek gemuk.
Tahap 2 : dari kira kira 3,0 sampai
kira kira 7,0 tahun. Pada fase ini anak kelihatan langsing (meninggi).
Tahap 3 : dari kira kira 7,0 sampai kira kira 13,0
tahun, pada masa ini anak kelihatan pendek gemuk kembali.
Tahap 4 : dari kira kira 13,0 sampai kira kira 20,0
tahun, anak kembali kelihatan langsing.
3)
Elizabeth hurlock mengemukakan penahapan perkembangan individu
sebagai berikut:
-
Tahap 1 : fase prenatal
(sebelum lahir), masa konsepsi sampai proses kelahiran.
-
Tahap 2 : fase orok
(infancy), mulai lahir sampai usia 10/14 hari.
-
Tahap 3 : babyhood (bayi)
mulai dari 2 minggu sampai 2 tahun.
-
Tahap 4 : childhood
(kanak-kanak), mulai 2 tahun sampai masa remaja.
-
Tahap 5 :
adolesence/puberty, mulai usia 11/13 tahun sampai usia 21 tahun, pada umumnya
wanita pada usia 11-13, sedangkan pada laki laki umumnya pada usia 16-17 tahun.
b.
Tahap Perkembangan Berdasarkan Didaktis
Dasar didaktis yang digunakan oleh para ahli ada beberapa
kemungkinan yaitu mengenai apa yang harus diberikan dan bagaimana cara
menyajikan pengalaman mengajar kepada anak didik pada masa masa tertentu. Yang
kesemuaanya itu harus dilakukan secara bersamaan. Penahapan berdasarkan
didaktis atau intruksional ini antara lain sebagaimana pendapat dari comenius
dan pendapat rosseau sebagai berikut:
1.
Comenius. Menyatakan bahwa pendidikan yang lengkap bagi seseorang
itu berlangsung dalam empat jenjang, yaitu: a) sekolah ibu untuk anak anak 0,0
sampai 6,0 tahun, b) sekolah bahasa ibu untuk anak anak usia 6,0 sampai 12,0
tahun, c) sekolah latin untuk remaja usia 12,0 sampai 18 tahun, dan d) akademi
untuk pemuda pemudi usia 18,0 sampai 24,0 tahun. Yang kesemuaannya harus
disesuaikan materinya dan metode penyampaiannya.
2.
Rosseau mengatakan penahapan perkembangan adalah sebagai berikut:
-
Tahap 1 : 0,0 sampai 2,0
tahun, usia asuhan.
-
Tahap 2 : 2,0 sampai 12,0 masa
pendidikan jasmani dan latihan panca
indera.
-
Tahap 3 : 12,0 sampai 15,0
periode pendidikan akal.
-
Tahap 4 : 15,0
sampai 20,0 periode pendidikan watak dan pendidikan
agama.
c.
Tahap Perkembangan Berdasarkan Psikologis
Dalam hal ini
para ahli berpendapat bahwa dalam perkembangan, pada umumnya para individu
mengalami masa masa kegoncangan. Selama masa perkembanagan pada umumnya
individu mengalami masa kegoncangan dua kali, yaitu pada kira kira tahun ketiga
atau keempat, dan pada permulaan masa pubertas.
d.
Perkembangan Kepribadian Menurut Freud
Menurut freud
perkembangan kepribadian manusia itu dipengaruhi oleh lima tahun pertama
kehidupan yang dimanamakannya sebagai perkembangan psikoseksual, yang juga ada lima
yaitu fase oral 0-1 tahun, fase anal 1-3 tahun, fase phalik 3-5 tahun, fase
laten 6-12, dan fase genital 12- dewasa.[19]
Berdasarkan dua masa kegoncangan
tersebut, perkembangan individu dapat digambarkan melewati tiga periode, yaitu:
dari lahir sampai masa kegoncanagn pertama (tahun ketiga atau keempat yang
biasa disebut masa kanak kanak), dari masa kegoncangan pertama sampai pada masa
kegoncangan kedua yang biasa disebut masa keserasian bersekolah, dan dari masa
kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut masa kematangan.
Dari pemaparan
panjang diatas dapat kita pahami bahwa manusia dalam perjalanan hidupnya
mengalami berbagai macam perkembangan dalam masa masa atau fase fase tertentu,
hal inilah yang harusnya kita ketahui mengingat banyak kesalahan pendidikan
yang dilakukan oleh orang tua ataupun guru dalam mensikapi fase fase
perkembangan yang terjadi pada tiap tiap individu.
e.
Prinsip perkembangan
Perkembangan
dan pertumbuhan fisik mengikuti prinsip cephalacaudal dan proximodistal. Merujuk
prinsip cephalacaudal, pertumbuhan bergerak dari atas kebawah. Karena otak
tumbuh dengan sangat cepat sebelum lahir, maka besar kepala bayi yang baru
lahir selalu tidak proposional, kepala tersebut akan menjadi proposional
seiring dengan pertumbuhan tinggi anak dan perkembangan tubuh bagian bawah,
perkembanagan sensoris dan motorisnya juga merujuk prinsip yang sama, para bayi
belajar untuk menggunakan tubuh bagian atasnya sebelum bagian bawah.
Merujuk prinsip
proximodistal (dari dalam keluar), pertumbuhan dan perkembangan motoris
bergerak dari bagian tengah tubuh keluar. Dalam rahim, kepala dan tubuh lebih
dahulu berkembang sebelum tangan dan kaki, kemudian telapak tangan dan kaki,
dan akhirnya jari-jari tangan dan kaki. Sepanjang masa bayi dan kanak-kanak
awal, tangan dan kaki tumbuh lebih cepat ketimbang telapaknya.[20]
[1] Gunarsa, dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi
untuk Membimbing, cet IX ( Jakarta : Gunung Mulia, 2002), hlm. 11-12
[2]Hallen,Bimbingan dan Konseling (Ciputat
: Quantum Teaching, 2005 ), hlm. 2-8
[3]Dewa Ketut Sukardi, Dasar-Dasar Bimbingan
dan Penyuluhan di Sekolah ( Surabaya
: Usaha
Nasional ), hlm. 19-21.
[4]Hallen, Bimbingan dan Konseling (Ciputat
: Quantum Teaching, 2005 ), hlm. 2-8
[5]Prayitno, Dasar-Dasr Bimbingan dan Konseling
, cet II (Jakarta :Rieneka Cipta, 2004),
hlm. 99.
[6]Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan
Konseling Islam (Yogyakarta : Fajar
Pustaka Baru, 2001), hlm. 127-128.
[7]Fekti Hikmawati, Bimbingan Konseling,
cet II (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.2.
[8]Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan
Konseling (Surabaya : Revka Petra Media, 2012), hlm. 23-25.
[9]Jamal Ma’ruf Asmani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
(Jogjakarta: Diva Press, 2010), hlm. 78
[10]Hallen, Bimbingan & Konseling, (Padang:
PT Ciputat press, 2005) hlm. 33
[11]Shahudi Sirad, Pengantar Bimbingan &
Konseling, hlm. 50-51
[12]Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan
Bimbingan& Konseling, hlm.11
[13]Shahudi Siradj,Pengantar Bimbingan &
Konseling,hlm. 51
[14]Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi Dan
Konseling Islam, hal. 163-166
[15]Prof. Dr. Mohammad ali, prof. Dr. Mohammad asrori. 2012. Psikologi
Remaja Perkembangan Peserta Didik.(Jakarta: Pt Bumi Aksara), Hal.11
[16]Hamim Rosyidi, 2013, Psikologi Sosial, [Surabaya : Jaudar
Press], Hal : 114-115
[17]Alex Sobur, 2011, Psikologi Umum, [Bandung : CV Pustaka Setia].
Hal : 143-144
[18]Ibid, hal : 144
[19]Dr. Namora Lumongga Lubis .2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling
Dalam Teori Dan Praktik. [Jakarta: Kencana], Hal.143-145.
[20]Diane E. Papalia, dkk. 2008. Human Development (Psikologi
Perkembangan). [Jakarta: Kencana], hal. 169-170.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar