Rabu, 04 November 2015

MODUL BK AL FITHRAH (PPL MAHASISWA UINSA)

                Telah kita lihat dan cermati bahwa dewasa ini sehat jasmani dan rohani merupakan sesuatu yang mahal harganya, bukan hanya sehat jasmani saja yang kita perlukan, akan tetapi rohani juga. Keduanya harus memiliki nilai keseimbangan. Ibarat seorang santri yang terisi penuh dengan dzikrullah setiap hari secara istiqamah, namun tidak ia aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk tanggap terhadap kondisi sekitarnya maka ia tidak dikatakan sehat rohaninya. Maka sebagai konselor harus berhati-hati, anda belum dikatakan sehat jasmani dan rohani anda jika kurang tanggap terhadap lingkungan sekitar, walaupun itu merupakan suatu hal terkecilpun ataupun sepele.
                Maka demi tercapainya manusia yang sehat jasmani dan rohani, sehingga bisa membentuk masyarakat yang sehat mentalnya. bimbingan dan konseling islam merupakan salah satu cara dalam usaha pencegahan gangguan perkembangan kepribadian
                Dalam bab ini akan kita bahas bersama tentang pengertian bimbingan dan konseling, sebelum terbentuknya istilah pengertian bimbingan dan konseling islam.[1]
1. Pengertian Bimbingan
                Kata bimbingan secara etimologis merupakan terjemahan dari kata“Guidance”   berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu. [2]
                Pengertian Bimbingan menurut Arthur J. Jones, Bufford Stefflre and NormanR. Stewart, alam bukunya yang berjudul “Principles of Guidance “.
“Guidane is the assistance given to individuals in making intelegent choises and adjusments. It is based on the democratic principle that it is the duty and the right of every individual to choose his own way in life insofar as his choice does not interfere with the rights for others. The ability to make such choiches is not innate but, like other abilities, must be developed. (Arthur J. Jones, Bufford Stefflre and Norman R. Steawert, 1970).
                Bimbingan merupakan pemberian bantun oleh seseorang kepada orang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian dan pemecahan permasalahan. Bimbingan bertujuan membatu seseorang agar bertambah kemampuan bertanggung jawab atas dirinya.
                Pengertian bimbingan menurut Lester D. Crow and Alice Crow, dalam bukunya “An Introduction to Guidance”, mengatakan :
“Guidance is assistance made available by personally and qualified and adequately trainde man or woman to an individual of any age to help him manage his own lifes activities, developed his own points of view, make his own decisions, and carry his burdens”. (Lester D. Crow and  Alice Crow, 1960).
                Pengertian dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang dapat diberikan oleh pribadi ynag terdidik dan wanita atau pria yang terlatih, kepada setiap individu yang usianya tidak ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan hidup, mengembangkan sudut pandangnya, mengambil keputusannya sendiri.
                Berdasarkan kedua rumusan mengenai pengertian bimbingan diatas, pada prinsipnya tidak ada perbedaan, yang membedakan hanya Lester D. Crow dan Alice Crow, mempersyaratkan perlunya perlunya latihan bagi orang yang mau memberikan bimbingan. Karena setiap bantuan yang diberikan bukan berarti suatu bimbingan, namun suatu bimbingan sudah pasti terdapat bantuan di dalamnya.Orang yang memperoleh bantuan bukan berati kita melayaninya dengan membiarkannya tanpa berpikir dalam memecahkan problem yang sedang di hadapinya, tetapi kita hanya  memberikan bantuan, untuk mengerti, memahami dan mengenali atau menghayati potensi-potensinya (bakat, minat dan kemampuan) sendiri, menilai kekuatau dan kemampuan  diri sendiri serta kelemahannya sendiri, menemukan serta mengadakan penilaian terhadap segala tindakan yang telah ia ambil.[3]
                Bimbingan secara terminologis mempunyai beberapa pengertian seperti diatas, bukanlah maksudnya menghafal berbagai pengertian tentang bimbingan akan tetapi dengan mengetahui berbagai pengertian mengenai bimbingan, kita dapat memberikan arti yang lebih jelas mengenai bimbingan itu sendiri.
                Jadi, Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli kepada seseorang (konseli) atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar mampu memerkembangkan potensi (bakat, minat dan kemampuan) yang dimiliki, yang dilakukan secara berkesinambungan, sistematis, terencana, terarah pada tujuan tertentu yaitu agar individu (konseli) dapat mencapai kemandirian dan pemahaman terhadap dirinya sendiri sehingga mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri serta dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dimana ia berada.[4]
2. Pengertian Konseling
                Secara etimologis, konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirankai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”.[5]
                Adapun  pengertian lain, konseling secara etimologis yaitu yaitu berasal dari bahasa Inggris “to counsel” yang secara etimologis berarti  “to give advice” atau memberi saran dan nasihat.
                Sedangkan pengertian konseling secara terminologis ialah suatu proses peberian bantuan (nasihat atau saran-saran) yang berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung (tatap muka) secara berkesinambungan agar konseli mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu mengatasi masalah dan mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, agar dapat memperoleh kebahagiaan, kenyamanan dan kesejahteraan diri sendirimaupun masyarakat. [6]
                Konseling sebenarnya merupakan salah satu layanan dalam bimbingan, yang istimewa karena sifatnya yang lentur atau fleksibel dan komperhensif.
Menurut Leon E.Tylor, ada lima karakteristikyang sekaligus merupakan prinsip-prinsip konseling. Kelima karakteristik tersebut adalah :
1. Proses berpikir dan pemecahan masalah di temukan dan dilakukan oleh konseli sendiri, jadi konseling tidak sama dengan pemberian nasihat, sebab di dalam pemberian nasihat proses berpikir ada adan diberikan oleh penasehat.
2. Konseling mengusahakan perubahan-perubahan yang bersifat fundamental yang berkenaan dengan pola-pola hidup.
3. Konseling menyangkut sikap daripada perbuatan atau tindakan.
3. Konseling lebih berkenaan dengan penghayatan emosional daripada pemecahan intelektual.
4. Konseling menyangkut juga hubungan konseli dengan orang lain.[7]
                Maka hubungan Bimbingan dan Konseling disini sudah terlihat jelas,  konseling merupakan salah satu dari pelayanan bimbingan disamping pelayanan-pelayaan yang lain, yang berarti dalam pelayanan bimbingan akan tercakup pula didalamnya proses konseling, seuatu bimbingan tidak akan terjadi tanpa tatap muka antara konselor–klien yang didalamnya membicarakan bersama masalah yang dihadapi konseli.[8]
                Maka Bimbingan dan konseling ialah proses pemberian bantuan yang dilkukan oleh seorang yang ahli, secara berkesinambungan yang diberikan kepada individu baik perseorangan maupun kelompok, anak-anak, remaja, dewasa, manula yang dilakukan oleh dan atas kemauan serta kemampuan koneli sendiri, yang sedang atau belum mengalami masalah seehingga teratasi masalah tesebut melalui kemampuan konseli sendiri.
Bimbingan dan konseling Islam pada dasarnya sama saja dengan Bimbingan dan Konseling, hanya saja dalam BKI dalam penerapannya dimasuki nilai-nilai Islam. Bimbingan dan Konseling Islam merupakan proses pemberian bantuan kepada individu terhadap eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah  sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

PERLUNYA BIMBINGAN KONSELING ISLAM
Syahrir dan Riska Ahmad, menyebutkan bahwa pelayanan bimbingan dan Konseling berdasarkan faktor dibutuhkannya, sangat erat kaitannya dengan masalah-masalah dibawah ini:
1.       Latar belakang Sosio Kultural
Sebagaimana telah diketahui bahwa keadaan masyarakat senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan itu merupakan tantangan yang menuntut adanya penyesuaian diri.  Hal semacam ini akan menimbulkan perkembangan dan perubahan diberbagai lapangan kerja, masalah sosial, persaingan sumber daya manusia, pengangguran dan lain-lain. Kondisi seperti ini pada gilirannya akan mempengaruhi kehidupan masyarakat baik secara pribadi ataupun kelompok juga kehidupan keagamaannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatar belakangi dan melingkupi individu berbeda-beda, sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan prilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul komplik internal maupun eksternal. Untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut maka diperlukanlah yang namanya bimbingan dan konseling.[9]
2.       Latar Belakang Psikologis
Bimbingan dan konseling sangat perlu sekali karena pada dasarnya Bimbingan dan Konseling dapat  memberikan penjelasan kepada kita bahwa individu merupakan pribadi yang unik, dan setiap individu pasti tidak sama dan pasti memiliki perbedaan, serta dapat memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang seiring perkembangannya selalu berubah naik turun sesuai dengan tugas perkembangannya. Serta dapat memberikian pemahaman tentang masalah-masalah psikologis seperti perilaku menyimpang (deliqiuency), bersifat kekanak-kanakan (infantile), dan maladjustment.
Dilingkungan pendidikan yang menjadi layanan bimbingan konseling adalah peserta didik. Peserta didik merupakan pribadi-pribadi yang sedang dalam proses berkembang kearah  kematangan. Masing-masing peserta didik memiliki karakteristik pribadi yang unik. Dalam artiter dapat perbedaan  individual diantara mereka, seperti menyangkut aspek kecerdasan,  emosi, sosiabilitas, sikap, kebiasaan, dan kemampuan penyesuaian diri.
Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki ke butuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. Disampingitu, peserta didik, senantiasa mengalami berbagai perubahan dalam sikap dan tingkahlakunya. Proses perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif . perkembangan yang optimal secara akademis bertujuan agar setiap peserta didik mencaapai penyesuaian akademis secara memadai dan mencapai prestasi belajar secara optimal. Perkembangan secarara psikologis mengandung arti bahwa pelayanan bimbingan dankonseling bertujuan agara setiap siswa dapat mencapai perkembangan yang ditandai dengan kematangan dan kesehatan mental/pribadi.
Sedangkan perkembangan optimal dari segi sosial berarti bahwa pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan agar setiap peserta didik dapat mencapai penyesuaian diri dan memiliki keterampilan sosial yang memadai.[10] dalam proses pendidikan,peserta didik pun tidak jarang mengalami masalah perkembangan sehingga menimbulkan masalah-masalah psikologis, seperti terwujud dalam perilaku menyimpang dan bersifat kekanak-kanakan. Agar perkembangan pribadi peserta didik itu dapat berlangsung secara baik dan terhidar dari minculnya masalah– masalah  psikologi maka mereka perlu diberikan bantuan yang sifatnya pribadi. Bantuan yang dapat menfasilitasi perkembangan peserta didik melalui pendekatan psikologis adalah layanan bimbingan dan konseling. Bagi konselor memahami aspek-aspek psikilogis pribadi klien merupakan tuntutan yang mutlak, karena pada dasarnya laanan dan bimbingan konseling merupakan upaua untuk menfasilitasi perkembangan aspek-aspek psikologis , pribadi atau perilaku klien ,sehingga mereka memiliki pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang bermakna (kehidupan yang maslahat dan sejahtera), baik bagi dirinya sendiri Maupun bagi orang lain.
3.       Kebutuhan Individu
Disini dijelaskan bahwa kebutuhan dasar individu ada dua macam, yaitu kebutuhan biologis, dan psikologis. Kedua kebutuhan tersebut merupakan pendorong timbulnya tingkah laku artinya individu bertingkah laku karena di dorong oleh adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun pada kenyataannya individu dalam memenuhi kebutuhannya ada yang berhasil ada yang gagal. Kegagalan individu inilah yang membutuhkan layanan bimbingan konseling.[11]Dalam bimbingan dan konseling ini diharapkan individu dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitarnya.[12]
4.       Penyesuaian dan Kelainan Tingkah Laku
Sebagaimana telah dijelaskan dibagian sebelumnya bagwa setiap individu selalu berusaha memenuhi kebutuhan menurut kemampuannya. Dalam upaya pemenuhan tersebut ada yang bertindak secara wajar dalam pengertian mampu menyesuaikan dengan dirinya (bakat, minat dan kemampuan kelemahannya) dan lingkungannya (keluarga, sekolah, dan masyarakat). Proses seperti ini disebut penyesuaian yang baik (well adjusment) dan sebaiknya disebut salah suai (mell adjusment). Keadaan yang mell adjusment ini akan membawa akibat timbulnya perasaan ragu-ragu, cemas, putus asa, frustasi, agresifitas, alkoholisme dst. Dalam rangka menolong mereka yang mell adjusment ini diperlukan jasa bimbingan dan konseling.[13]
FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
Secara tradisional fungsi bimbingan dan konseling islam adalah sebagai berikut:
1.       Fungsi Remedial Atau Rehabiliti
Peranan remedial atau rehabiliti ini berfokus pada aspek penyesuaian diri, penyembuhan masalah psikologis dan mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional, dengan kata lain fungsi remidial adalah fungsi pengebalian atau fungsi penanganan.
2.       Fungsi Edukatif dan Pengembangan
Membantu meningkatkan keterampilan yang dimiliki oleh individu dalam kehidupan sebagai upaya pendidikan, mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah hidup serta memutuskan arah hidup sebagai pengembangan dalam diri individu.
3.       Fungsi Preventif
Merupakan tindakan pencegahan yang diberikan oleh konselor kepada seseorang/klien agar terhindar dari segala sesuatu yang tidak perlu terjadi dalam kehidupannya. Upaya ini dapat berupa pemberian pengembangan-pengembangan potensi yang terdapat dalam diri individu dan mengadakan program-program yang bermanfaat bagi seorang individu agar dapat menjalani hidup dengan tenang sehingga terhindar dari masalah-masalah kehidupan.
Tidak kalah pentingnya yaitu memberikan bimbingan kepada individu agar senantiasa kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah dalam mensikapi segala hal yang terjadi dalam kehidupannya terlebih ketika individu tersebut mendapatkan musibah dalam hidupnya. Sebagaimana QS.Al-Baqarah:155-157.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (١٥٥)
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (١٥٦)أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ
 وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (١٥٧)
Artinya: 155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan  berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". 157. mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Setelah seorang individu dapat mensikapi segala cobaan dalam hidupnya dengan cara yang baik dan benar, maka selanjutnya barulah individu diberikan pengembangan materi konseling yang berisikan nilai-nilai wahyu dan metode filosofis serta materi-materi yang bermanfaat bagi kelangsungan hidupnya, dengan harapan individu nantinya akan terbiasa dengan masalah yang ada dalam hidupnya dan dapat menanggapinya dengan arif dan bijaksana.[14]
A.      Prinsip Perkembangan
Para ahli psikologi pada umumnya menunjuk pada pengertian perkembangan sebagai proses perubahan yang bersifat progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik psikis yang baru, perubahan seperti itu tidak terlepas dari perubahan yang terjadi pada struktur biologis, meskipun tidak semua perubahan kemampuan dan sifat psikis dipengaruhi oleh perubahan struktur biologis.[15]
1.       Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (Never Ending Process).
Manusia secara terus menerus mengalami perkembangan dan perubahan yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar selama hidupnya, perkembangan akan terus menerus berlangsung sejak masa konsepsi sampai masa kematangan nanti.
2.       Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi
Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi maupun social, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif diantara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional.
Orang tua sangat berpengaruh untuk membentuk sikap, watak, pola piker, serta pola prilaku anak akan tercermin dalam kepribadian anak sehari-hari. Dari pengalaman dan interaksi keluarganya akan menentukan pla cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan social di luar keluarganya, di dalam masyarakat luas yang ada di sekitarnya. Apabila interaksi social dalam kelompok-kelompoknya kurang lancar, kemungkinan besar bahwa interaksi sosialnya pada masyarakat pada umumnya juga berlangsung tidak wajar[16].
3.       Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya, untuk dapat berjalan, seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya, yaitu berlari atau meloncat.
Yelon dan weinsten mengemukakan sebagai berikut:
a.       Perkembang itu berlangsung dari egosentrisme ke perspektivme. Hal ini menunjukkan bahwa pada mulanya seorang anak hanya melihat atau memperhatikan dirinya sebagai pusat, dia melihat bahwa lingkungan itu harus memenuhi kebutuhuhan dirinya. Melalui pengalaman serta pergaulan dengan orang lain, lambat laun sikap egosentris itu berubah menjadi perspektivis (anak sudah memiliki sifat simpati atau memperhatikan kepentingan orang).
b.       Perkembangan itu berlangsung dari “outer control to inner control”. Maksudnya, pada awalnya anak sangat bergantung pada orang lain (terutama orangtuanya), baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis (perlindungan, kasih sayang atau norma-norma) sehingga dia menjalani hidupnya masih didominasi oleh pengontrolan atau pengawasan dari luar (out control). Seiring bertambahnya pengalaman atau belajar dari pergaulan sosial tentang norma atau nilai baik di lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya atau masyarakat. Anak dapat mengembangkan kemampuan untuk mengontrol dirinya (inner control). Contohnya ketika dia dapat mengambil keputusan atau memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan sendiri dan bertanggung jawab terhadapat risiko yang mungkin terjadi.
4.       Menurut para ahli psikologi, setiap anak mengalami dua masa pancaroba atau krisis, yang lazim disebut trotz. Masa trotz ini terjadi dalam dua periode, yakni[17] :
a.       Periode pertama, terjadi pada usia 2 sampai 3 tahun, dengan ciri utama anak menjadi egois, selalu bersikap dan bertingkah laku mendahulukan kepentingan sendiri.
b.       Periode kedua, terjadi pada umur antara 14 – 17 tahun, dengan ciri utama sering membantah orang tuanya sendiri dalam mencapai identitas diri. Namun umur ini bukanlah harga mati yang artinya, rentang usia remaja yang mengalami krisis kedua ini di sebuah negara mungkin berbeda dengan remaja di negara  lainnya. Usia keras kepala ini timbul pada saat-saat tertentu dengan tidak ada sebab-sebab dari luar. Untuk beberapa bulan kemudian, gejala-gejala tersebut akan hilang dengan sendirinya. Ini disebut juga dengan masa peralihan dalam proses perkembangan.
5.        Setiap anak seperti juga organisme lainnya.
Memiliki dorongan dan hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang negatif seperti : rasa sakit, rasa tidak aman, kematian dan sebagainya. Untuk itu mereka memerlukan sandang, pangan, papan dan pendidikan. Selain dorongan mempertahankan diri itu, ada pula dorongan untuk mengembangkan diri[18].
A.      Fase-Fase Perkembangan
a.       Tahap Perkembangan Berdasarkan Analisis Biologis
1)       Aristoteles menggambarkan perkembangan individu sebagai berikut:
-          Tahap satu : dari 0,0 sampai 7,0 tahun (masa anak kecil atau bermain).
-          Tahap dua : dari 7,0 sampai 14,0 tahun (masa anak, masa sekolah rendah).
-          Tahap tiga : dari 14,0 sampai 21,0 tahun (masa remaja, masa peralihan dari usia anak menjadi orang dewasa).
Penahapan diatas berdasarkan pad gejala dalam perkembangan fisik (jasmani).
2)       Kretscmer mengemukakan bahwa dari lahir sampai dewasa individu mengalami empat tahapan, yaitu:
Tahap 1 : dari 0,0 sampai kira kira 3,0. Pada fase ini anak kelihatan pendek gemuk.
Tahap 2 : dari kira kira 3,0 sampai kira kira 7,0 tahun. Pada fase ini anak kelihatan langsing (meninggi).
Tahap 3  : dari kira kira 7,0 sampai kira kira 13,0 tahun, pada masa ini anak kelihatan pendek gemuk kembali.
Tahap 4   : dari kira kira 13,0 sampai kira kira 20,0 tahun, anak kembali kelihatan langsing.
3)       Elizabeth hurlock mengemukakan penahapan perkembangan individu sebagai berikut:
-          Tahap 1  : fase prenatal (sebelum lahir), masa konsepsi sampai proses kelahiran.
-          Tahap 2     : fase orok (infancy), mulai lahir sampai usia 10/14 hari.
-          Tahap 3     : babyhood (bayi) mulai dari 2 minggu sampai 2 tahun.
-          Tahap 4   : childhood (kanak-kanak), mulai 2 tahun sampai masa remaja.
-          Tahap 5      : adolesence/puberty, mulai usia 11/13 tahun sampai usia 21 tahun, pada umumnya wanita pada usia 11-13, sedangkan pada laki laki umumnya pada usia 16-17 tahun.
b.       Tahap Perkembangan Berdasarkan Didaktis
Dasar didaktis yang digunakan oleh para ahli ada beberapa kemungkinan yaitu mengenai apa yang harus diberikan dan bagaimana cara menyajikan pengalaman mengajar kepada anak didik pada masa masa tertentu. Yang kesemuaanya itu harus dilakukan secara bersamaan. Penahapan berdasarkan didaktis atau intruksional ini antara lain sebagaimana pendapat dari comenius dan pendapat rosseau sebagai berikut:
1.       Comenius. Menyatakan bahwa pendidikan yang lengkap bagi seseorang itu berlangsung dalam empat jenjang, yaitu: a) sekolah ibu untuk anak anak 0,0 sampai 6,0 tahun, b) sekolah bahasa ibu untuk anak anak usia 6,0 sampai 12,0 tahun, c) sekolah latin untuk remaja usia 12,0 sampai 18 tahun, dan d) akademi untuk pemuda pemudi usia 18,0 sampai 24,0 tahun. Yang kesemuaannya harus disesuaikan materinya dan metode penyampaiannya.
2.       Rosseau mengatakan penahapan perkembangan adalah sebagai berikut:
-          Tahap 1 : 0,0 sampai 2,0 tahun, usia asuhan.
-          Tahap 2 : 2,0 sampai 12,0 masa pendidikan jasmani dan latihan panca
  indera.
-          Tahap 3 : 12,0 sampai 15,0 periode pendidikan akal.
-          Tahap 4                 : 15,0 sampai 20,0 periode pendidikan watak dan pendidikan
  agama.                                         
c.        Tahap Perkembangan Berdasarkan Psikologis
Dalam hal ini para ahli berpendapat bahwa dalam perkembangan, pada umumnya para individu mengalami masa masa kegoncangan. Selama masa perkembanagan pada umumnya individu mengalami masa kegoncangan dua kali, yaitu pada kira kira tahun ketiga atau keempat, dan pada permulaan masa pubertas.
d.       Perkembangan Kepribadian Menurut Freud
Menurut freud perkembangan kepribadian manusia itu dipengaruhi oleh lima tahun pertama kehidupan yang dimanamakannya sebagai perkembangan psikoseksual, yang juga ada lima yaitu fase oral 0-1 tahun, fase anal 1-3 tahun, fase phalik 3-5 tahun, fase laten 6-12, dan fase genital 12- dewasa.[19]
Berdasarkan dua masa kegoncangan tersebut, perkembangan individu dapat digambarkan melewati tiga periode, yaitu: dari lahir sampai masa kegoncanagn pertama (tahun ketiga atau keempat yang biasa disebut masa kanak kanak), dari masa kegoncangan pertama sampai pada masa kegoncangan kedua yang biasa disebut masa keserasian bersekolah, dan dari masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut masa kematangan.
Dari pemaparan panjang diatas dapat kita pahami bahwa manusia dalam perjalanan hidupnya mengalami berbagai macam perkembangan dalam masa masa atau fase fase tertentu, hal inilah yang harusnya kita ketahui mengingat banyak kesalahan pendidikan yang dilakukan oleh orang tua ataupun guru dalam mensikapi fase fase perkembangan yang terjadi pada tiap tiap individu.
e.        Prinsip perkembangan
Perkembangan dan pertumbuhan fisik mengikuti prinsip cephalacaudal dan proximodistal. Merujuk prinsip cephalacaudal, pertumbuhan bergerak dari atas kebawah. Karena otak tumbuh dengan sangat cepat sebelum lahir, maka besar kepala bayi yang baru lahir selalu tidak proposional, kepala tersebut akan menjadi proposional seiring dengan pertumbuhan tinggi anak dan perkembangan tubuh bagian bawah, perkembanagan sensoris dan motorisnya juga merujuk prinsip yang sama, para bayi belajar untuk menggunakan tubuh bagian atasnya sebelum bagian bawah.
Merujuk prinsip proximodistal (dari dalam keluar), pertumbuhan dan perkembangan motoris bergerak dari bagian tengah tubuh keluar. Dalam rahim, kepala dan tubuh lebih dahulu berkembang sebelum tangan dan kaki, kemudian telapak tangan dan kaki, dan akhirnya jari-jari tangan dan kaki. Sepanjang masa bayi dan kanak-kanak awal, tangan dan kaki tumbuh lebih cepat ketimbang telapaknya.[20]



[1] Gunarsa, dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Membimbing, cet IX ( Jakarta : Gunung Mulia, 2002), hlm. 11-12
[2]Hallen,Bimbingan dan Konseling (Ciputat : Quantum Teaching, 2005 ), hlm.  2-8
[3]Dewa Ketut Sukardi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan  di Sekolah ( Surabaya :  Usaha  Nasional ), hlm. 19-21.
[4]Hallen, Bimbingan dan Konseling (Ciputat : Quantum Teaching, 2005 ), hlm.  2-8
[5]Prayitno, Dasar-Dasr Bimbingan dan Konseling , cet II (Jakarta :Rieneka Cipta,  2004), hlm. 99.
[6]Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan Konseling Islam  (Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2001), hlm. 127-128.
[7]Fekti Hikmawati, Bimbingan Konseling, cet II (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.2.
[8]Shahudi Siradj, Pengantar Bimbingan dan Konseling (Surabaya : Revka Petra Media, 2012), hlm. 23-25.
[9]Jamal Ma’ruf Asmani,  Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jogjakarta: Diva Press, 2010), hlm. 78
[10]Hallen, Bimbingan & Konseling, (Padang: PT Ciputat press, 2005) hlm. 33
[11]Shahudi Sirad, Pengantar Bimbingan & Konseling, hlm. 50-51
[12]Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan& Konseling, hlm.11
[13]Shahudi Siradj,Pengantar Bimbingan & Konseling,hlm. 51
[14]Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi Dan Konseling Islam, hal. 163-166
[15]Prof. Dr. Mohammad ali, prof. Dr. Mohammad asrori. 2012. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.(Jakarta: Pt Bumi Aksara), Hal.11
[16]Hamim Rosyidi, 2013, Psikologi Sosial, [Surabaya : Jaudar Press], Hal : 114-115
[17]Alex Sobur, 2011, Psikologi Umum, [Bandung : CV Pustaka Setia]. Hal : 143-144                                                        
[18]Ibid, hal : 144
[19]Dr. Namora Lumongga Lubis .2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktik. [Jakarta: Kencana], Hal.143-145.
[20]Diane E. Papalia, dkk. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). [Jakarta: Kencana], hal. 169-170.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar