Wanita
Tidak Hanya Bisa “3 M”
Peranan
seorang wanita sebagai ibu rumah tangga atau ibu bagi anak-anaknya, sampai saat
ini masih saja dipandang sebelah mata (baca: remeh) oleh sebagian orang. Bahkan
ketika kata itu terdengar, yang tergambar dalam pikiran kita adalah wanita yang
hanya bisa 3 “M” “Masak”, “macak”, dan “manak” saja. Ibu rumah tangga hanyalah wanita yang
beraktivitas di dalam rumah seharian, entah itu mengurus anak, suami, rumah,
hingga usaha online. Anggapan yang demikian itu kadang membuat sebagian
Ibu rumah tangga
seringkali merasa minder jika ditanya mengenai pekerjaan dengan mengatakan
“wong saya ini cuma Ibu rumah tangga saja kok”. Karena
tidak sedikit wanita, kerap kali lebih bangga menyebutkan berbagai profesi,
entah itu sebagai pegawai, guru, wartawan, sekretaris, pedagang, atau profesi
lain dibandingkan menyebut dirinya sebagai ibu rumah tangga (saja). Terlebih
jika wanita tersebut seorang yang berpendidikan tinggi, dan dianggap
punya potensi untuk berkarir sehingga timbul komentar yang menyayangkan seperti
“Sayang ya, sudah sekolah tinggi-tinggi cuma jadi Ibu rumah tangga saja”.
Seorang ibu rumah tangga di anggap tidak bekerja hanya
karena tidak menghasilkan uang. Padahal jika kita telisik lebih dalam, seorang
ibu rumah tangga adalah pekerja hebat dengan segudang profesi yang bekerja di
kantornya selama 24 jam. Sederet pekerjaan dilakukannya dari pagi sampai malam,
dari hari senin sampai senin lagi.
Seorang ibu rumah tangga adalah guru, karena ibu adalah madrasah pertama
untuk anak-anaknya, wanita pintar ini adalah tempat dimana anak mendapat asuhan
dan pendidikan pertama bahkan sejak dalam kandungan, juga membantu ketika
anak-anaknya kesulitan mengerjakan PR, jadi bisa di pastikan Ibu pintar ini
selalu berusaha menjadi guru beragam mata pelajaran. Lalu di dapur, ibu rumah
tangga adalah seorang koki handal yang
selalu memasak berbagai hidangan untuk suami dan anaknya, juru masak tersebut
selalu kreatif mengganti menunya setiap hari agar konsumennya (suami dan
anak-anaknya) tidak merasa bosan. Setelah memasak, ibu rumah tangga beralih
profesi menjadi seorang Pramusaji (Waitress) seperti
halnya di restoran yang melayani dan berhadapan langsung dengan tamunya (suami
dan anak-anaknya), menyambut tamunya dengan ramah, serta mampu menangani complaint
dari para tamu yang sudah siap dengan beragam komentar atas yang disajikan.
Dalam kondisi yang lain, Ibu rumah tangga juga berprofesi sebagai Dokter/petugas
medis yang berusaha senantiasa
siap memberikan pertolongan pertama pada anggota keluarga yang sakit (sebelum
selanjutnya di bawa ke dokter yang sesungguhnya). Dan dikala suami butuh
dukungan maupun motivasi dalam pekerjaannya, seorang istri siap berubah menjadi
Motivator, tempat curahan keluh kesah suaminya serta
pemberi motivasi terdepan.
Lalu jika kita lihat betapa indah dan rapihnya ruang
demi ruang yang ada di dalam rumah, bahkan terkadang banyak hiasan-hiasan handmade yang di tempatkan dengan pantas
mempercantik dinding dan sudut rumah, hal yang demikian itu ialah bagian jasa dari
seorang Ahli
tata ruang yang tidak lain dilakukan oleh ibu rumah tangga. Selanjutnya
seorang ibu rumah tangga adalah seorang Manager keuangan, yang dengan uang yang terkadang
tidak seberapa besarnya selalu berusaha mengatur bagaimana uang pemberian suami
tersebut cukup untuk memenuhi kehidupannya dan keluarganya. Dan dalam mengurus berbagai keperluan suami dan anak-anaknya,
seorang istri tidak jauh beda dengan Assistant Artis, jika biasanya seorang artis mempunyai lebih dari 1 Assistant
untuk mengurus segala keperluan syuttingnya,
maka bisa dibayangkan hebatnya seorang ibu rumah tangga yang malah justru
mengurus berbagai keperluan suami dan anak-anaknya (lebih dari 1 artis
ditanganinya). Lalu terkadang wanita yang tak kenal lelah ini juga menjadi
seorang Penjaga
Pintu setiap kali suaminya bekerja sampai larut malam. Dan masih banyak lagi
pekerjaan mulia lainnya yang dilakukan seorang ibu rumah tangga tanpa
mengharapkan gaji.
Dengan gambaran segudang pekerjaan tersebut masihkah
kita sebut Ibu rumah tangga sebagai wanita yang tidak bekerja??? Justru bekerjanya wanita di sektor domestik (rumah
tangga) mampu mengurangi kemungkinan kelebihan jumlah tenaga kerja di sektor
publik. Dan wanita berpendidikan yang bekerja di sektor domestik lebih menjamin
terciptanya generasi masa depan yang berkualitas. Jadi pendidikan tinggimu
wahai muslimah bukan menjadi sesuatu yang membuatmu malu jika engkau berprofesi
sebagai seorang ibu rumah tangga. Karena dengan pendidikan yang tinggi dan
berbagai pengalaman yang engkau miliki justru membuatmu menjadi lebih pandai
mengatasi problema rumah tangga. Proses belajar menjadi ibu yang baik adalah
proses sepanjang hayat (dengan menjadi ibu rumah tangga). Begitu satu tahap
perkembangan keluarga telah terlampaui, maka masih terdapat milyaran tahapan
pembinaan keluarga yang harus dijalani.
Predikat ibu rumah tangga, adalah jabatan
tertinggi bagi seorang wanita. Karena wanita memiliki kodrat mengurus suami,
anak, serta rumah tangganya. Jadi, saat seorang wanita memutuskan untuk menjadi
seorang ibu rumah tangga, itu adalah hal yang mulia. Maka berbanggalah kalian,
ibu rumah tangga. Apa lagi jika ibu rumah tangga ini membantu suami mencari
nafkah, sungguh luar biasa sekali. Seperti yang dicontohkan ibunda kita
sayyidah Khadijah RAh. Selain sebagai seorang ibu, beliau juga seorang pedagang
yang masyhur, harta kekayaannya di korbankan dengan ikhlas untuk membela
agama Allah bersama Rasulullah SAW. Lalu kisah Fatimah RAh. anak kesayangan
Rasulullah SAW yang berpayah-payah membantu suaminya mencari nafkah makanan
dengan menggiling gandum sampai sakit dan lecet tangannya. Betapa luar biasanya
menjadi ibu rumah tangga dengan segudang profesi. ^_^
Zahrotul Khamro’
Prodi PAI
Mahasiswi STAIN Pekalongan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar