Senin, 12 Oktober 2015

Wanita Tidak Hanya Bisa “3 M”

Wanita Tidak Hanya Bisa “3 M”
Peranan seorang wanita sebagai ibu rumah tangga atau ibu bagi anak-anaknya, sampai saat ini masih saja dipandang sebelah mata (baca: remeh) oleh sebagian orang. Bahkan ketika kata itu terdengar, yang tergambar dalam pikiran kita adalah wanita yang hanya bisa 3 “M” “Masak”, “macak”, dan “manak” saja.  Ibu rumah tangga hanyalah wanita yang beraktivitas di dalam rumah seharian, entah itu mengurus anak, suami, rumah, hingga usaha online. Anggapan yang demikian itu kadang membuat sebagian Ibu rumah tangga seringkali merasa minder jika ditanya mengenai pekerjaan dengan mengatakan “wong saya ini cuma Ibu rumah tangga saja kok”. Karena tidak sedikit wanita, kerap kali lebih bangga menyebutkan berbagai profesi, entah itu sebagai pegawai, guru, wartawan, sekretaris, pedagang, atau profesi lain dibandingkan menyebut dirinya sebagai ibu rumah tangga (saja). Terlebih jika wanita tersebut seorang yang berpendidikan tinggi, dan dianggap punya potensi untuk berkarir sehingga timbul komentar yang menyayangkan seperti “Sayang ya, sudah sekolah tinggi-tinggi cuma jadi Ibu rumah tangga saja”.
Seorang ibu rumah tangga di anggap tidak bekerja hanya karena tidak menghasilkan uang. Padahal jika kita telisik lebih dalam, seorang ibu rumah tangga adalah pekerja hebat dengan segudang profesi yang bekerja di kantornya selama 24 jam. Sederet pekerjaan dilakukannya dari pagi sampai malam, dari hari senin sampai senin lagi.
Seorang ibu rumah tangga adalah guru, karena ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya, wanita pintar ini adalah tempat dimana anak mendapat asuhan dan pendidikan pertama bahkan sejak dalam kandungan, juga membantu ketika anak-anaknya kesulitan mengerjakan PR, jadi bisa di pastikan Ibu pintar ini selalu berusaha menjadi guru beragam mata pelajaran. Lalu di dapur, ibu rumah tangga adalah seorang koki handal yang selalu memasak berbagai hidangan untuk suami dan anaknya, juru masak tersebut selalu kreatif mengganti menunya setiap hari agar konsumennya (suami dan anak-anaknya) tidak merasa bosan. Setelah memasak, ibu rumah tangga beralih profesi menjadi seorang Pramusaji (Waitress) seperti halnya di restoran yang melayani dan berhadapan langsung dengan tamunya (suami dan anak-anaknya), menyambut tamunya dengan ramah, serta mampu menangani complaint dari para tamu yang sudah siap dengan beragam komentar atas yang disajikan. Dalam kondisi yang lain, Ibu rumah tangga juga berprofesi sebagai Dokter/petugas medis  yang berusaha senantiasa siap memberikan pertolongan pertama pada anggota keluarga yang sakit (sebelum selanjutnya di bawa ke dokter yang sesungguhnya). Dan dikala suami butuh dukungan maupun motivasi dalam pekerjaannya, seorang istri siap berubah menjadi Motivator,  tempat curahan keluh kesah suaminya serta pemberi motivasi terdepan.
Lalu jika kita lihat betapa indah dan rapihnya ruang demi ruang yang ada di dalam rumah, bahkan terkadang banyak hiasan-hiasan handmade yang di tempatkan dengan pantas mempercantik dinding dan sudut rumah, hal yang demikian itu ialah bagian jasa dari seorang Ahli tata ruang yang tidak lain dilakukan oleh ibu rumah tangga. Selanjutnya seorang ibu rumah tangga adalah seorang Manager keuangan, yang dengan uang yang terkadang tidak seberapa besarnya selalu berusaha mengatur bagaimana uang pemberian suami tersebut cukup untuk memenuhi kehidupannya dan keluarganya. Dan dalam mengurus berbagai keperluan suami dan anak-anaknya, seorang istri tidak jauh beda dengan Assistant Artis, jika biasanya seorang artis mempunyai lebih dari 1 Assistant untuk mengurus segala keperluan syuttingnya, maka bisa dibayangkan hebatnya seorang ibu rumah tangga yang malah justru mengurus berbagai keperluan suami dan anak-anaknya (lebih dari 1 artis ditanganinya). Lalu terkadang wanita yang tak kenal lelah ini juga menjadi seorang Penjaga Pintu setiap kali suaminya bekerja sampai larut malam. Dan masih banyak lagi pekerjaan mulia lainnya yang dilakukan seorang ibu rumah tangga tanpa mengharapkan gaji.
Dengan gambaran segudang pekerjaan tersebut masihkah kita sebut Ibu rumah tangga sebagai wanita yang tidak bekerja??? Justru  bekerjanya wanita di sektor domestik (rumah tangga) mampu mengurangi kemungkinan kelebihan jumlah tenaga kerja di sektor publik. Dan wanita berpendidikan yang bekerja di sektor domestik lebih menjamin terciptanya generasi masa depan yang berkualitas. Jadi pendidikan tinggimu wahai muslimah bukan menjadi sesuatu yang membuatmu malu jika engkau berprofesi sebagai seorang ibu rumah tangga. Karena dengan pendidikan yang tinggi dan berbagai pengalaman yang engkau miliki justru membuatmu menjadi lebih pandai mengatasi problema rumah tangga. Proses belajar menjadi ibu yang baik adalah proses sepanjang hayat (dengan menjadi ibu rumah tangga). Begitu satu tahap perkembangan keluarga telah terlampaui, maka masih terdapat milyaran tahapan pembinaan keluarga yang harus dijalani.
Predikat ibu rumah tangga, adalah jabatan tertinggi bagi seorang wanita. Karena wanita memiliki kodrat mengurus suami, anak, serta rumah tangganya. Jadi, saat seorang wanita memutuskan untuk menjadi seorang ibu rumah tangga, itu adalah hal yang mulia. Maka berbanggalah kalian, ibu rumah tangga. Apa lagi jika ibu rumah tangga ini membantu suami mencari nafkah, sungguh luar biasa sekali. Seperti yang dicontohkan ibunda kita sayyidah Khadijah RAh. Selain sebagai seorang ibu, beliau juga seorang pedagang yang masyhur, harta kekayaannya di korbankan dengan ikhlas untuk membela agama Allah bersama Rasulullah SAW. Lalu kisah Fatimah RAh. anak kesayangan Rasulullah SAW yang berpayah-payah membantu suaminya mencari nafkah makanan dengan menggiling gandum sampai sakit dan lecet tangannya. Betapa luar biasanya menjadi ibu rumah tangga dengan segudang profesi. ^_^
Zahrotul Khamro’
Prodi PAI
Mahasiswi STAIN Pekalongan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar