Berdzikir[1]
Hingga Matahari Terbit
Allah
SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya agar senantiasa berdzikir dan mengingat-Nya
dengan jumlah bilangan yang tidak terbatasan. Artinya kita diharuskan
senantiasa mengingat, di pagi, siang, sore, dan malam hari. Disetiap gerak
tubuh, disetiap hembusan nafas, dan
setiap detakan jantung.
Walaupun
demikian, ada waktu-waktu mulia, penuh keberkahan dalam melakukan dzikir yaitu
berdzikir setelah shalat shubuh hingga matahari terbit. Ya, ini yang saya
maksud, karena seorang yang berdzikir pada waktu itu dia akan diberi pahala
oleh Allah SWT seperti pahalanya seorang yang menunaikan ibadah umrah dan haji.
Berdzikir
sampai matahari terbit merupakan wadhifah/kegiatan yang secara istiqamah diamalkan
oleh seluruh santri Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah tanpa terkecuali. Yaitu
setelah melakukan shalat shubuh secara berjamaah, santri diwajibkan membaca Al
Quran sampai menjelang waktu dhuha, dan kemudian melakukan shalat sunah: shalat
isyraq, dhuha, dan isti’adah secara berjamaah.
Dalam
rubrik wadhifah kali ini, kami akan menguraikan tentang keberkahan dan keutamaan
berdzikir hingga matahari terbit. Allah SWT berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا * وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا [الأحزاب : 41 ، 42]
Hai
orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (QS.
Al Ahzab: 41-42).
Al
Qurthubi dalam kitab tafsirnya Al Jami’ li Ahkam Al Quran menjelaskan
bahwa ayat ini memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar senantiasa berdzikir
dan bersyukur kepada-Nya sebagai ungkapan terimakasih atas segala limpahan
nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah SWT. Dalam ayat ini tidak ada
hitungan jumlah dzikir, karena Allah memberi kemudahan kepada hamba-Nya. Ada
pendapat, bahwa dzikir itu dikatakan katsir (baca: banyak) ketika
seorang itu membaca dengan hati yang ikhlas, sedangkan dikatakan qalil(baca:
sedikit) ketika seorang itu dalam sifat kemunafikan, maksudnya dia hanya
berdzikir secara lisan saja, sedangkan hatinya dalam keadaan lupa.[2]
Rasulullah SAW bersabda:
أَكْثِرُوْا
ذِكْرَ اللهِ حَتَّى يَقُوْلُوْا مَجْنُوْن
“Perbanyaklah
mengingat Allah SWT (baca: berdzikir), sehingga orang-orang menganggapmu sebagai
orang gila.” (HR. Ahmad)
Rasulullah
SAW juga bersabda:
عَنْ
أَبِي الدَّرْدَاء، رَضِيَ الله عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا
عِنْدَ مَلِيْكِكُمْ، وَأَرْفَعُهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ، وَخَيْرِ لَكُمْ مِنْ إِعْطَاءِ
الذَّهَبِ وَالْوَرَقِ، وَخَيْرِ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوْا
أَعْنَاقَهُمْ، وَيَضْرِبُوْا أَعْنَاقَكُمْ؟" قَالُوْا: وَمَا هُوَ يَا رَسُوْلَ
الله؟ قَالَ: "ذِكْرُ الله عَزَّ وَجَلَ".
Dari
Abu Ad Darda` Ra ia berkata; Nabi SAW bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada
kalian mengenai amalan kalian yang terbaik, dan yang paling suci di sisi Raja
(Allah) kalian, paling tinggi derajatnya, serta lebih baik bagi kalian dari pada
menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian dari pada bertemu
dengan musuh kemudian kalian memenggal leher mereka dan mereka memenggal leher
kalian?” Mereka bertatanya; perihal apa itu, wahai Rasulullah. Beliau bersabda:
“Berdzikir kepada Allah SWT.” (HR. Turmudi).
Dalam
Hadits lain yang menjelaskan secara jelas tentang berdzikir hingga matahari
terbenam. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ
فِي جَمَاعَةٍ ، ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ، ثُمَّ
صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ، كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ . قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
(رواه الترمذي)
“Siapa
yang shalat Shubuh secara berjamaah, kemudian duduk berzikir kepada Allah
hingga matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat, maka baginya pahala
bagaikan pahala haji dan umrah. Dia (Anas) berkata, 'Rasulullah SAW bersabda,
'Sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. Turmudi)[3]
Syaikh
Athiyah bin Muhamad Salim dalam kitabnya, syarh Arbain An Nawawi, menceritakan
bahwa Sahabat Umar ketika setelah melaksanakan shalat shubuh, dia selalu
menanti sampai matahari terbit, dan ketika ada sesuatu yang baru kedatangannya
seperti memperbarui wudhu’, maka beliau akan melepas ridaa’-nya (baca:
gamis), seraya berkata: tunggulah kedatanganku kembali. Dan ucapannya didengar
oleh seseorang, dia kemudia bertanya kepada sahabat Umar: siapa yang engkau
ajak bicara? Tidak ada seorang pun bersamamu. Beliau menjawab: saya berbicara
kepada orang-orang yang duduk-duduk bersamaku, (sesungguhnya) para malaikat
menyertai orang-orang yang selalu berdzikir kepada Allah SWT.[4]
Dalam
penjelasan ayat dan beberapa hadits di atas telah jelas, bahwa seorang
dianjurkan agar senantiasa berdzikir mengingat Allah SWT, kapanpun dan
dimanapun. Bila kita ingin diingat Allah maka senantiasalah mengingat-Nya. Dan
dzikir setelah shalat Shubuh berjamaah sampai matahari terbit, maka dia akan
mendapatkan pahala seperti pahalanya seorang yang menunaikan ibadah umrah dan
haji.
Dzikir
adakalanya individu dan adakalanya berjamaah. Saya tidak bermaksud menjelaskan
tentang mana yang lebih unggul di antara keduanya. Tapi yang menjadi titik
tekan adalah dzikirnya. Dzikir secara invidu sudah jelas, bahwa dia sedang
berdzikir. Sedangkan dzikir secara berjamaah, apakah seluruhnya ikut berdzikir?
Jawabannya, tentu saja tidak semua ikut berdzikir, ada yang tidur, ada pula
yang sekedar duduk-duduk. Lantas bagaimana? Apakah yang akan mendapatkan pahala
umrah dan haji hanya orang yang berdzikir atau seluruhnya dihitung sebagai
seorang yang berdzikir?
Telah
menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami
Jarir dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah SAW
bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT mempunyai para malaikat yang selalu berkeliling
di jalan-jalan, dan mencari-cari majelis dzikir, jika mereka mendapati suatu
kaum yang berdzikir kepada Allah mereka memanggil teman-temannya seraya
berkata; ‘Kemarilah terhadap apa yang kalian cari.’ Lalu mereka pun datang
seraya menaungi kaum tersebut dengan sayapnya sehingga memenuhi langit bumi.
Maka Rabb mereka bertanya padahal Dia lebih tahu dari mereka; ‘Apa yang
dikatakan oleh hamba-Ku? ‘Para malaikat menjawab; ‘Mereka mensucikan Engkau,
memuji Engkau, mengagungkan Engkau.’ Allah berfirman: ‘Apakah mereka
melihat-Ku? ‘ Para malaikat menjawab; ‘Tidak, demi Allah mereka tidak
melihat-Mu.’ Allah berfirman: ‘Bagaimana sekiranya mereka melihat-Ku?’ Para
malaikat menjawab; ‘Sekiranya mereka dapat melihat-Mu pasti mereka akan lebih
giat lagi dalam beribadah, lebih dalam mengagungkan dan memuji Engkau, dan
lebih banyak lagi mensucikan Engkau, Allah berfirman: ‘Lalu apa yang mereka
minta?’ Para malaikat menjawab; ‘Mereka meminta surga.’ Allah berfirman: ‘Apakah
mereka telah melihatnya?’ Para malaikat menjawab; ‘Belum, demi Allah mereka
belum pernah melihatnya.’ Allah berfirman: ‘Bagaimana sekiranya mereka telah
melihatnya?’ Para malaikat menjawab; ‘Jika mereka melihatnya tentu mereka akan
lebih berkeinginan lagi dan antusias serta sangat mengharap.’ Allah berfirman:
‘Lalu dari apakah mereka meminta berlindung?’ Para malaikat menjawab; ‘Dari api
neraka.’ Allah berfirman: ‘Apakah mereka telah melihatnya?’ Para malaikat
menjawab; ‘Belum, demi Allah wahai Rabb, mereka belum pernah melihatnya
sama sekali.’ Allah berfirman: ‘Bagaimana jika seandainya mereka melihatnya?’
Para malaikat menjawab; ‘Tentu mereka akan lari dan lebih takut lagi.” Beliau
melanjutkan: ‘Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku telah mempersaksikan kepada
kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka.’ Beliau melanjutkan; ‘Salah satu dari
malaikat berkata; ‘Sesungguhnya diantara mereka ada si fulan yang datang untuk
suatu keperluan?’ Allah berfirman: ‘Mereka adalah suatu kaum yang majelis
mereka tidak ada kesengsaraannya bagi temannya.’” (HR. Bukhari)[5]
Walhasil,
bahwa
dzikir sampai matahari terbit -baik secara individu atau berjamaah- maka dia
akan mendapatkan keutamaan dan keberkahan yang berupa pahala yang begitu agung,
seperti pahalanya orang yang menunaikan ibadah umrah dan haji. Wallahua’lam (Kang Rifqil Khaq)
[1] Dzikir adalah senantiasa
mengingat dan menyebut Allah SWT. Baik dengan membaca Al Quran, membaca tasbih,
tahmid, tahlil, dan lain sebagainya.
[2] Al Qurthubi, Al Jami’ li Ahkam
Al Quran, (Kairo: Dar Kutub Al Mishriyah), 14/197
[3] At Turmudi, Sunan At Turmudi,
(Beirut: Dar Ihya’ Turats Al Arabi), 2/481 –Makatabah syamila
[5] Imam Bukhari, Al Jami’ Ash
Shahih, (Beirut: Dar Sya’b), 8/107
Tidak ada komentar:
Posting Komentar